Minggu, 27 Januari 2013

Pemimpin Yang Melayani


Menjadi pemimpin adalah sebuah amanah. Dalam lingkup terkecil maupun memimpin sejumlah orang, mestinya kita menerapkan kepemimpinan sejati, yaitu kepemimpinan yang melayani. 

Memimpin bukan sekadar suruh sana, suruh sini, atau hukum sana, puji sini. Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang menjalankan kepemimpinan yang melayani, dengan segenap potensi dalam dirinya, yaitu hati, pikiran dan tenaga. Jika fakta di lapangan di sana-sini banyak orang yang bertomba-tomba memperebutkan posisi pemimpin, tidak mustahil bukan kepemimpinan sejati yang mereka cari.

Dalam budaya masyarakat Indonesia, contoh perilaku pemimpin akan langsung diikuti oleh bawahan/pengikutnya. Kondisi ini memudahkan seorang pemimpin untuk menggalakkan budaya melayani di antara anggota timnya. Dalam praktik sehari-hari, bagaimanapun, contoh pelaksanaannya tetap harus dimulai dari diri seorang pemimpin. Seorang penulis buku tentang kepemimpinan, mengungkapkan kepemimpinan yang melayani (servant leadership), yakni hati melayani, pikiran melayani, dan tangan melayani. Dikisahkan tiga karakter yang mewakiii tiga aspek kepemimpinan yang melayani itu dengan seorang pemuka agama, profesor, dan profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis.

 
Berintegritas/Berkarakter Kuat
Saat ini popular dengan istitah uji kepatutan dan kelayakan, di mana calon pemimpin “dilihat” pula sejarah masa lalunya (track record). Sekadar formatitas? Yang jelas, pemimpin memang disyaratkan punya integritas dan karakter yang kuat. Mengapa? Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri (hati). Seorang pemimpin dituntut melakukan transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam, lalu bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.

Karakter seperti apa yang perlu ia miliki? Hal yang paling utama, tentunya pemimpin tersebut harus menyukai manusia sehingga ia mampu memahami hubungan antarmanusia dengan lebih baik. Dengan demikian, ia akan melihat konsep ini sebagai manifestasi dari rasa cintanya terhadap hubungan antarmanusia, bukan lagi sebagai tuntutan peran semata. Dengan bahasa sederhana, ia mampu melayani anak buah karena ia memang mau dan senang melakukannnya. Karenanya cirri pemimpin yang berhati melayani adalah punya tujuan utama melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Bukan kepentingan pribadi, orientasinya justru kepentingan timnya. la membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. la peduli akan kebutuhan dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. la penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan, dari perkataan, pikiran maupun tindakannya. la selalu tenang, penuh pengendalian diri, atau di saat tekanan/ tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat.

Menjalankan Metoda Mernimpin
Sebagai seorang pemimpin, Anda tidak cukup memiliki hati “malaikat” atau karakter yang oke, tapi juga harus memiliki teknik/metoda kepemimpinan agar efektif dalam memimpin. Untuk itu, hal penting yang perlu dimiliki yaitu: visi yang jetas, sikap responsif, proaktif dan membimbing. Saat Anda memimpin, jelaskan tujuan (goal) yang dituju. Visi mendorong tim senantiasa tumbuh, belajar, dan berkembang. Tidak hanya membangun visi, Anda pun harus mampu mengimplementasikannya ke dalam suatu rangkaian tindakan /kegiatan untuk mencapai visi itu. Seorang pemimpin perLu selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya, serta setaLu aktif dan proaktif dalam mencari solusi atas masalah /tantangan yang dihadapi timnya. la juga seorang pelatih atau pendamping yang menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan, melakukan kegiatan sehari-hari, dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Berperilaku Pemimpin
Sudah punya kekuatan karakter serta kemampuan menjalankan metoda kepemimpinan, maka selanjutnya harus menunjukkan perilaku/ kebiasaan seorang pemimpin. Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh menjadikan tugas itu sebagai bentuk ibadah. la fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang ditakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Setiap hari senantiasi menselaraskan dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Menurut penulis buku Spiritual Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. Nah, sudahkah Anda menjadi pemimpin yang seperti itu?