Jumat, 12 Oktober 2012

Mengapa Harus Melayani?

“Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang digerakkan oleh kasih.” – Martin Luther King


Ini kejadian pada sebuah bank swasta di Jakarta. Ketika selesai transaksi, teller dengan senyum ramah meminta pelanggan memilih satu dari 2 kertas kecil di meja dan memasukannya ke dalam kotak. Ada 2 warna kertas berbeda yang merupakan penilaian kita terhadap pelayanannya. Bank yang memiliki jutaan nasabah pemegang ATM ini ingin mencetak karyawan yang bekerja dengan orientasi customer focus. Hal seperti ini juga terjadi pada hampir semua bank swasta lainnya.

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, semakin menuntut peningkatan kualitas dalam pelayanan. Setiap karyawan merupakan bagian dari keunggulan organisasi perusahaan, sehingga harus berorientasi pada “customer focus” untuk memberikan kepuasaan pelanggan. Apa kunci prestasi perusahaan-perusahaan besar bisa bertahan? Pasti Anda akan menemukan salah, satu kunci terpenting adalah totalitas melayani pelanggannya. Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan berusaha memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya lebih mudah dalam meraih dan mempertahankan kesuksesannya.

Paradigma melayani sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani? Pelayanan seperti ini bukanlah hanya dominasi perusahaan berskala besar saja. Suatu organisasi baik profit maupun sosial, pasti bertujuan memuaskan konsumennya. Berikut ini beberapa hal yang bisa direnungkan dan dijalankan.
  • Memandang pekerjaan adalah ibadah. Kita harus mempertanggungjawabkan kehidupan kita kepada Tuhan Sang Pemilik Kehidupan dan sesama makhluk. Hendaknya setiap apa yang kita kerjakan hanyalah berorientasi pengabdian kepada Tuhan dan pelayanan kepada orang lain. Memandang pekerjaan sebagai bagian dari ibadah dapat memberikan keikhlasan hati dalam melayani, baik kepada pelanggan, teman, dan pemimpin kita. Orang lain akan memberikan apresiasi terhadap apa yang kita lakukan. Kalau hal ini dijadikan sebagai kedisiplinan, inilah modal bagi kesuksesan kita.
  • Kehidupan adalah kesempatan membantu orang lain. “Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan.” Hidup ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kaya. Sebagai rasa syukur terhadap kehidupan, kita harus menggunakannya untuk membantu orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri. Gunakan waktu sebagai kesempatan berharga untuk membantu banyak orang lain. Dengan demikian, hidup Anda akan jauh lebih bermakna.
  • Siapa menabur dialah yang akan menuai. Kalau kita menaburkan benih-benih kebaikan, kita akan memanen hasil kebaikan. Kalau kita menebarkan pelayanan, maka kita akan menuai kemudahan-kemudahan dalam kehidupan.
Sayangnya, sering kurang disadari, rezeki yang sesungguhnya kita peroleh melalui orang lain. Apa yang kita peroleh sebaiknya sebagian dibagikan bagi orang lain. Sebagai karyawan, sesungguhnya gaji yang kita peroleh itu berasal dari pelanggan, bukan dari sang pemilik pemilik atau pemimpin perusahaan. Demikian juga kalau kita seorang pengusaha, sesungguhnya keuntungan yang kita peroLeh asaInya dari pelanggan. Maka penting memiliki kesadaran untuk memperhatikan suara dan keluhan pelanggan. Dengan memperlakukan mereka secara baik dan memuaskan, maka perusahaan akan menuai keuntungannya.

Ingatlah bahwa kehidupan ibarat ladang pertanian yang subur. Setiap benih yang kita sebarkan akan tumbuh dan memberikan hasil. Kalau benih kebaikan yang kita taburkan, maka akan memberikan hasil kebaikan.

Demikian sebaliknya. Maka kalau ingin meraih kesuksesan, tanamkan benih-benih pelayanan kepada orang lain, sehingga kita kan menuai kemudahan-kemudahan dalam kehidupan. Mari kita berikan pelayanan yang terbaik. (Sumber: CNI News)