Boleh jadi, krisis akhlak yang terjadi pada generasi muda kita dewasa ini salah satu penyebab terbesarnya adalah kurangnya pendidikan moral dan budi pekerti di sekolah. Romo Mangun pernah berkata bahwa pelajaran tentang nilai‑nilai akhlak merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi setiap sekolah . Apabila sejak usia dini anak sudah diajari tentang budi pekerti, niscaya mereka akan mulai belajar membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak mereka dan mana yang bukan.
Sayangnya, pendidikan akhlak dan budi pekerti dalam dunia pendidikan kita seperti tidak dianggap penting dan bukan hal yang utama. Pendidikan dewasa ini seperti identilk dengan kecerdasan atau kepiawaian atas suatu keahlian tertentu. Sejak dini anak‑anak sudah diwajibkan untulk mengiku berbagai les maupun kursus keterampilan. Akibatnya, pribadi anak cenderung terbentuk sesuai dengan ‘ambisi’ orang tuanya yang ingin anaknya mengetahui banyak hal, miliki banyak keterampilan, dan pada akhirnya membuat mereka luput terhadap penanaman nilai‑nilai luhur budi pekerti dalam diri anak.
Bila kondisi ini terus bertahan, cepat atau lambat ‘kobodohan nurani’ akan terjadi pada generasi muda kita. Otak boleh cerdas, keahlian beragam, tetapi kepribadian mulia tetap dangkal dan tenggelam seiring harapan lingkungan terhadap prestasi akademik serta terpaan arus globalisasi yang tidak jarang berdampak negatif pada perilaku anak. Nurani yang semakin gelap, dapat membuat orang semakin tidak peduli dengan keadaan sesama. Berlakulah hukum rimba, siapa yang kuat, dialah yang menang.
Untuk menghindarkan anak dari perkembangan sifat dan sikap yang tanpa nurani, maka salah satunya tak ayal adalah penanaman budi pekerti sedini mungkin pada mereka. Dan ini mutlak harus didukung oleh sistem pendidikan kita. Jangan sampai pernahaman akhlak ini hanya sebatas lingkup keluarga saja, lingkungan dan sekolah pun harus turut mendukung terciptanya nilai‑nilai akhlak yang luhur pada anak melalui suatu kurikulum yang terintegrasi.
Budi pekerti merupakan sebuah ajaran pembentukan karakter, perangai atau watak terhadap sifat baik dan buruk manusia. Pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku, dan perilakulah yang menempatkan penilaian terhadap seseorang dalam kehidupan bersosialisasi. Menurut Romo Mangun, dalam konteks pendidikan, budi pekerti terutama dilihat sebagai pembelajaran berbuat (action learning approach). Pembelajaran berbuat ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan‑perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun kelompok.
Ada lima jangkauan sikap dan perilaku budi pekerti yang harus dipelajari dan dimiliki seseorang sejak usia dini, yaitu:
- perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan.
Setiap manusia harus kenal, ingat, berdoa, dan bertawakal kepada Tuhannya. Dalam konteks ini pecoman budi pekerti tidak bisa menyrnpang dari agama yang dianut karena proses budi pekerti haruslah berdasarkan keyakinan masing‑masing.
- perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri.
Dalam konteks ini, setiap manusia harus mempunyai jati diri. Dengan jati diri, seseorang mampu menghargai dirinya karena mempunyai konsep diri yang positif.
- perilaku dalam hubungannya dengan keluarga.
Ini berhubungan dengan bagaimana sikap dan perilaku seseorang terhadap lingkungan sosialnya yang terdekat, yaitu keluarga.
- perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat & negara.
Lingkungan tempat di mana seseorang dapat lebih mengekspresikan dirinya secara lebih luas setelah dewasa adalah lingkungan masyarakat dan negara.
Oleh sebab itu, akhlak yang positif serta kecerdasan berperilaku mutlak harus dimiliki setiap orang agar mampu berinteraksi dengan baik antar sesama dan memberikan sumbangan positif kepada negara.
- perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Seseorang tidak mungkin bertahan hidup tanpa adanya dukungan lingkungan. Untuk itulah terdapat aturan‑aturan dan norma alam yang harus dipatuhi serta bagaimana perilaku yang tepat dalam memperlakukan alam sekitar.
Nah, kelima jangkauan budi pekerti inilah yang semestinya ada dalam suatu kurikulum pendidikan. Jangan hanya berfokus pada satu jangkauan tertentu, perilaku terhadap Tuhan misalnya, yang didapat melalui pelajaran agama. Justru dari hal‑hal kecil seperti bersikap santun dalam setiap tutur kata dan perbuatan, mau berbagi dengan sesama, memberi tempat duduk kepada manula atau ibu yang sedang menggendong anak di kendaraan umum, dsb. Tentu saja selain menjadi kurikulum dalam pendidikan, pemahaman budi pekerti ini harus dimulai juga dari keluarga sebagai tempat pertama seseorang belajar berperilaku.
Pada akhirnya, dengan menanamkan nilai‑nilai moral dan budi pekerti sejak usia dini, diharapkan seseorang terhindar dari sikap yang tidak memiliki nurani. (CNI News).
===================
Produk-produk CNI telah terkenal sebagai produk-produk bermutu tinggi baik dari segi manfaat maupun kualitasnya. Sebagai bukti komitmen CNI pada kualitas, CNI telah memiliki sistem Jaminan Kepuasan Konsumen (JKK).
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 081523639145